"Keremukan jiwa daN jerit hati sang Peri..”
Jeritt kepedihan hati di malam yg kelam itu..
Bersisik lirih…
Sepi..pahitt…
rapuh sudah senyumku…
remuk sudah bahagiaku…
semua kini terasa mengiris jiwa…
menciptakan butiran air mata
Mengisi perih Lembaran puisi semu..
Semua kaTa terangkai dengan LeLah..
Lelah rasanya..
Sakitt…
Mengiris perih butiran air mata
Mengisi perih lembaran puisi semu..
Rapuh.. Remuk…
Semua kata terangkai dgn lelah…
Ku coba tuk berdiri tegap meLawan derasNya angin
Tapi tak bisa…
Tak bissa .. suLit tuK meraih arti kata kuat itu..
suLiit…
begitu sulit untuk berdiri …
peLuh kini penuhi jantung hati….
Dan bila malam tlah datang membawa kesunyian angin malam
Kehidupan terasa begitu menusuk jiwa yang rapuh
Dan membunuh kebahagiaan yang kini remuk
Matii..
Jika aku mati,
pintu-pintu membuka menjadi jendela..
Arang memutih tak berdaya
Lampu-Lampu di senja hari terang dengan pasti..
Jika akku matii..
Alam membisikan gelora hatii yang lelah..
Pohon-pohon menjeritt bahagia..
Dan jiwa raga dan asa kku hanyut dalam butiran ucap tahlil…
Namu yah…. Hatiku ada tetap ada dan terbesit dipikirku..
Bahwa disana ada orang-orang ku sayangi..
Dan menyayangiku…
Untuk apa akuu mati..?
Bila belum ada yg bias kuberikan pada semua yang kusayangi..
Dan kehadiran kata hatiku itupun hanyut dalam sesalku..
Mengapa pendek pikirku seperti itu..
Seolah bukan aku yang berkata sejahat itu…